Kamis, 29 Desember 2016

Rabu, 28 Desember 2016

soal evaluasi

SOAL :
1.  Jelaskan mengapan seseorang dapat dikatakan golongan darah

  • (a)   Golongan darah A
  • (b)   Golongan darah B
  • (c)    Golongan darah AB
  • (d)   Golongan darah O
2.  Mengapa golongan darah O disebut donor universal!
3.     Mengapa golongan darah AB disebut  resipien universal!
4. Jika ibu memiliki golongan darah A, dan ayah memiliki golongan darah O, apa saja kemungkinan anak mereka, buatlah dalam bentuk persilangan dan beri penjelasan!
5. Apa yang terjadi bila seorang ibu memiliki rhesus yang berbeda dengan anak yang dikandung dalam rahimnya, jelaskan secara rinci!
Boucing Smiley Star

materi Hereditas Lengkap (PPT)

Materi GOLONGAN DARAH

materi hereditas manusia, Sub Pokok Bahasan Golongan Darah Manusia, sma kelas xii, semester 2

Golongan Darah Manusia

Berstein seorang berkebangsaan Jerman dan Furuhata, seorang berkebangsaan Jepang adalah tokoh yang pernah mengemukakan hipotesis bahwa hanya sepasang gen pada individu yang bertanggung jawab atas golongan darahnya. Penggolongan darahnya tersebut didasarkan pada adanya aglutinogen (antigen) tertentu di dalam sel darah merah. Adanya antigen tersebut dalam sel darah merah bersifat menurun sebab dikendalikan oleh gen.
Golongan darah manusia dibagi menjadi beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dari aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) yang terkandung dalam darah seseorang. Penggolongan darah ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Lendsteiner dan Donath. Di dalam darah manusia terdapat aglutinogen (antigen) pada eritrosit dan aglutinin (antibodi) yang terdapat di dalam plasma darah.
Penemuan Karl Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu ketika eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain, maka terjadi penggumpalan (aglutinasi). Tetapi pada orang lain, campuran itu tidak menyebabkan penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin (antibodi) yang terdapat pada serum darah.
Aglutinogen dibedakan menjadi dua yaitu:
·    Aglutinogen A  : memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
·          Aglutinogen B  :  memiliki enzim galaktose pada rangka glikoproteinnya.
Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin α dan β. Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja atau aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama sekali.
Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi dasar penggolongan darah manusia berdasarkan sistem ABO.
Kita mengenal beberapa sistem penggolongan darah, di antaranya adalah:
a.      Sistem A, B, O
b.      Sistem M N
c.       Sistem Rhesus (Rh)

A. Penggolongan Darah Menurut Sistem A,B,O

Menurut sistem ini, golongan darah manusia dibedakan atas 4 macam, yaitu sebagai berikut.
  1.      Golongan darah A apabila dalam sel darah merahnya terdapat antigen A. Adanya antigen tersebut dikendalikan oleh gen IA.
  2.      Golongan darah B apabila dalam sel darah merahnya terdapat antigen B. Adanya antigen tersebut dikendalikan oleh gen IB.
  3.        Golongan darah A dan B apabila dalam sel darah merahnya terdapat B
    antigen A dan B, masing-masing kemunculannya dikendalikan oleh gen IA dan IB.
  4.       Golongan darah O apabila dalam sel darah merahnya tidak terdapat B antigen A atau B. Keadaan ini timbal balik karena dikendalikan oleh gen IO yang bersifat sensitif, baik terhadap gen I maupun gen IB.
Jadi, gen IA dan IB  adalah 2 gen yang bersifat kodominan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat tabel hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe, dan kemungkinan sel gametnya.



Hubungan antara Fenotipe Golongan Darah Sistem A,B,O, Genotipe dan Kemungkinan Macam Gamet

Dengan memperhatikan tabel di atas maka dapat pula dibuat tabel golongan darah orang tua, beserta golongan darah yang mungkin dan golongan darah yang tidak mungkin pada anak-anaknya.


Golongan Darah Orang Tua dan Kemungkinan atau Tidak Mungkin pada Golongan Darah Anak-anaknya.


b. Penggolongan Darah Menurut Sistem M N

Pada tahun 1976, Landsteiner dan Lavene mengemukakan adanya golongan M, MN, dan N, yang masing-masing disebabkan oleh adanya antigen M, MN, atau N. Antigen ini tidak membentuk zat anti (aglutinin), sehingga apabila ditransfusikan dari golongan satu ke golongan yang lain tidak akan menimbulkan gangguan. Tetapi, apabila antigen tersebut disuntikkan ke dalam tubuh kelinci, serum kelinci akan membentuk zat antinya. Dengan demikian, apabila serum kelinci yang mengandung zat anti ini disuntikkan ke dalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan.
Adanya antigen M ditentukan oleh gen Im, adanya antigen MN ditentukan oleh Im  dan In , sedangkan adanya antigen – antigen N, ditentukan oleh gen In. Berdasarkan hal tersebut, macam fenotipe, genotipe dan kemungkinan macam gamet dari orang yang bergolongan M, MN, atau N dapat diketahui.


Hubungan antara Fenotipe Golongan Darah Sistem M N, Genotipe, dan Kemungkinan Macam Gamet


c. Penggolongan Darah Berdasarkan Rhesus

Pada tahun 1946, Landsteiner dan A.S. Weiner menentukan antigen tertentu dalam darah kera Maccacus rhesus (sejenis kera India), yang diberi nama antigen Rhesus (Rh). Antigen ini juga ditentukan dalam sel darah merah manusia. Berdasarkan ada atau tidaknya antigen rhesus ini, darah manusia dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
  1.       golongan Rh+, apabila dalam sel darah merahnya ditemukan antigen rhesus, dan
  2.       golongan Rh, apabila dalam sel darah merahnya tidak ditemukan antigen rhesus.
Adanya antigen Rh di dalam darah dikendalikan oleh gen IRh, yang dominan terhadap Irh, sehingga genotipe orang menurut sistem Rh ini dapat dibedakan.


Sistem Rhesus

Perlu Anda ketahui jika individu Rh+ menerima darah dari individu Rh+ maka tidak akan terjadi penggumpalan darah, sebab tidak ada reaksi antibodi terhadap antigen Rh dalam tubuh  resipien. Demikian juga individu Rh+ yang menerima darah dari individu Rh juga tidak mengalami reaksi penggumpalan, karena resipien tidak mempunyai antibodi.
Jika individu Rh yang menerima darah dari individu Rh+, pada awalnya tidak terjadi penggumpalan darah, tetapi setelah menerima darah kembali di Rh+ untuk kedua kalinya maka akan terjadi penggumpalan, sebab antibodi sebelumnya yang sudah terbentuk akan menyerang pada antigen baru. Misalnya, ibu Rh menikah dengan suami Rh+, akan melahirkan bayi Rh lahir dengan selamat. Pada waktu lahir rahim ibu kemungkinan akan tertinggal antigen Rh yang ikut dalam peredaran darah ibu. Apabila melahirkan bayi kedua dengan Rh  lagi, maka akan terjadi lagi perembesan darah janin ke peredaran darah ibu, sehingga jumlah antibodi yang terbentuk di dalam tubuh ibu menjadi sangat banyak. Akibat-nya bayi tersebut mengalami penyakit anemia berat Erythroblastosis fetalis dengan tanda-tanda tubuh menggembung dengan cairan hati dan limpa membengkak, di dalam darah banyak erithroblas (erithrosit yang belum masak dan daya ikatnya terhadap oksigen rendah dan warna kulit keemasan.

Bayi yang mengalami gangguan ini biasanya tidak berumur panjang, namun, dapat ditolong dengan jalan pemberian suntikan anti serum antiRh kepada ibu Rh, karena anti serum ini akan merusak sel-sel Rh+, sehingga ibu tidak perlu memproduksi antibodi anti -Rh.