materi hereditas
manusia, Sub Pokok Bahasan Golongan Darah Manusia, sma kelas xii, semester 2
Golongan Darah Manusia
Berstein seorang berkebangsaan Jerman
dan Furuhata, seorang berkebangsaan Jepang adalah tokoh yang pernah
mengemukakan hipotesis bahwa hanya sepasang gen pada individu yang bertanggung
jawab atas golongan darahnya. Penggolongan darahnya tersebut didasarkan pada
adanya aglutinogen (antigen) tertentu di dalam sel darah merah. Adanya antigen
tersebut dalam sel darah merah bersifat menurun sebab dikendalikan oleh gen.
Golongan darah
manusia dibagi menjadi
beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dari aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi)
yang terkandung dalam darah seseorang. Penggolongan darah ini pertama kali
ditemukan oleh Dr. Lendsteiner dan Donath. Di dalam darah manusia terdapat
aglutinogen (antigen) pada eritrosit dan aglutinin (antibodi) yang terdapat di
dalam plasma darah.
Penemuan Karl Landsteiner diawali dari
penelitiannya, yaitu ketika eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah
orang lain, maka terjadi penggumpalan (aglutinasi). Tetapi pada orang lain,
campuran itu tidak menyebabkan penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang
terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin
(antibodi) yang terdapat pada serum darah.
Aglutinogen dibedakan menjadi dua
yaitu:
· Aglutinogen
A : memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin
pada rangka glikoproteinnya.
· Aglutinogen
B : memiliki enzim galaktose pada rangka
glikoproteinnya.
Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin
α dan β. Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja atau
aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan
B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama sekali.
Adanya aglutinogen dan aglutinin
inilah yang menjadi dasar penggolongan darah manusia berdasarkan sistem ABO.
Kita mengenal beberapa sistem
penggolongan darah, di antaranya adalah:
a.
Sistem
A, B, O
b.
Sistem
M N
c.
Sistem
Rhesus (Rh)
A. Penggolongan
Darah Menurut Sistem A,B,O
Menurut sistem ini, golongan darah
manusia dibedakan atas 4 macam, yaitu sebagai berikut.
- Golongan darah A apabila dalam sel darah
merahnya terdapat antigen A. Adanya antigen tersebut dikendalikan oleh gen
IA.
- Golongan darah B apabila dalam sel darah
merahnya terdapat antigen B. Adanya antigen tersebut dikendalikan oleh gen
IB.
- Golongan darah A dan B apabila dalam sel
darah merahnya terdapat B
antigen A dan B, masing-masing kemunculannya dikendalikan oleh gen IA dan IB. - Golongan darah O apabila dalam sel darah
merahnya tidak terdapat B antigen A atau B. Keadaan ini timbal balik
karena dikendalikan oleh gen IO yang bersifat sensitif, baik
terhadap gen IA maupun gen IB.
Jadi, gen IA dan IB
adalah 2 gen yang bersifat kodominan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dibuat tabel hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe, dan kemungkinan
sel gametnya.
Hubungan antara Fenotipe Golongan
Darah Sistem A,B,O, Genotipe dan Kemungkinan Macam Gamet
Dengan memperhatikan tabel di atas
maka dapat pula dibuat tabel golongan darah orang tua, beserta golongan darah
yang mungkin dan golongan darah yang tidak mungkin pada anak-anaknya.
Golongan Darah Orang Tua dan
Kemungkinan atau Tidak Mungkin pada Golongan Darah Anak-anaknya.
b. Penggolongan Darah Menurut Sistem M N
Pada tahun 1976, Landsteiner dan
Lavene mengemukakan adanya golongan M, MN, dan N, yang masing-masing disebabkan
oleh adanya antigen M, MN, atau N. Antigen ini tidak membentuk zat anti
(aglutinin), sehingga apabila ditransfusikan dari golongan satu ke golongan
yang lain tidak akan menimbulkan gangguan. Tetapi, apabila antigen tersebut
disuntikkan ke dalam tubuh kelinci, serum kelinci akan membentuk zat antinya.
Dengan demikian, apabila serum kelinci yang mengandung zat anti ini disuntikkan
ke dalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan.
Adanya antigen M ditentukan oleh gen Im,
adanya antigen MN ditentukan oleh Im dan In ,
sedangkan adanya antigen – antigen N, ditentukan oleh gen In.
Berdasarkan hal tersebut, macam fenotipe, genotipe dan kemungkinan macam gamet
dari orang yang bergolongan M, MN, atau N dapat diketahui.
Hubungan antara Fenotipe Golongan
Darah Sistem M N, Genotipe, dan Kemungkinan Macam Gamet
c. Penggolongan Darah Berdasarkan Rhesus
Pada tahun 1946, Landsteiner dan A.S.
Weiner menentukan antigen tertentu dalam darah kera Maccacus rhesus (sejenis
kera India), yang diberi nama antigen Rhesus (Rh). Antigen ini juga ditentukan
dalam sel darah merah manusia. Berdasarkan ada atau tidaknya antigen rhesus ini,
darah manusia dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
- golongan Rh+, apabila dalam
sel darah merahnya ditemukan antigen rhesus, dan
- golongan Rh–, apabila dalam
sel darah merahnya tidak ditemukan antigen rhesus.
Adanya antigen Rh di dalam darah
dikendalikan oleh gen IRh, yang dominan terhadap Irh,
sehingga genotipe orang menurut sistem Rh ini dapat dibedakan.
Sistem Rhesus
Perlu Anda ketahui jika individu Rh+
menerima darah dari individu Rh+ maka tidak akan terjadi
penggumpalan darah, sebab tidak ada reaksi antibodi terhadap antigen Rh dalam
tubuh resipien. Demikian juga individu Rh+ yang menerima darah
dari individu Rh– juga tidak mengalami reaksi penggumpalan, karena
resipien tidak mempunyai antibodi.
Jika individu Rh– yang
menerima darah dari individu Rh+, pada awalnya tidak terjadi
penggumpalan darah, tetapi setelah menerima darah kembali di Rh+
untuk kedua kalinya maka akan terjadi penggumpalan, sebab antibodi sebelumnya
yang sudah terbentuk akan menyerang pada antigen baru. Misalnya, ibu Rh–
menikah dengan suami Rh+, akan melahirkan bayi Rh lahir dengan
selamat. Pada waktu lahir rahim ibu kemungkinan akan tertinggal antigen Rh yang
ikut dalam peredaran darah ibu. Apabila melahirkan bayi kedua dengan Rh
lagi, maka akan terjadi lagi perembesan darah janin ke peredaran darah ibu,
sehingga jumlah antibodi yang terbentuk di dalam tubuh ibu menjadi sangat
banyak. Akibat-nya bayi tersebut mengalami penyakit anemia berat
Erythroblastosis fetalis dengan tanda-tanda tubuh menggembung dengan cairan
hati dan limpa membengkak, di dalam darah banyak erithroblas (erithrosit yang
belum masak dan daya ikatnya terhadap oksigen rendah dan warna kulit keemasan.
Bayi yang mengalami gangguan ini
biasanya tidak berumur panjang, namun, dapat ditolong dengan jalan pemberian
suntikan anti serum antiRh kepada ibu Rh–, karena anti serum ini
akan merusak sel-sel Rh+, sehingga ibu tidak perlu memproduksi
antibodi anti -Rh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar